Misi Ihsan di Planet Rahmah

 


Ihsan dan Bendera Bintang – Bagian 1: Planet Penuh Rahasia

Ihsan adalah anak laki-laki usianya 10 tahun dari Sekolah Anak Ajaib yang selalu berkata,

 "Kalau Allah sudah izinkan, maka tak ada yang mustahil!"

Hari itu, ia mendapat amanah luar biasa: pergi ke planet asing untuk mengibarkan bendera sebagai tanda syukur dan doa bagi perdamaian.

Sebelum naik ke kapsul luar angkasa, Ihsan mengangkat tangannya dan berdoa:

“Ya Allah, tuntun langkahku dan lindungi aku dalam misi ini.”

Robot sahabatnya, Tinko, pun berseru,

“Allah Maha Penolong! Ayo berangkat, Ihsan!”

(Ihsan dan Tinko berdoa sebelum masuk kapsul luar angkasa, dengan bendera di tangan.)

Planet yang mereka tuju begitu asing tapi memukau. Tanahnya berwarna ungu keperakan, langitnya hijau seperti daun mint. Bunga-bunganya bisa meloncat, dan makhluk kecil berbulu biru menghampiri dengan ramah. Tapi Ihsan tetap tenang dan tidak gegabah.

 “Ini semua ciptaan Allah. Kita harus jaga adabnya,” bisiknya.

(Ihsan tersenyum menatap bunga meloncat dan menyapa makhluk kecil dengan takjub.)

Ihsan mencatat semua keunikan itu di buku jurnalnya.

 “MasyaaAllah, betapa hebatnya ciptaan Allah ini,” katanya takjub.

Tinko mengangguk sambil berkata,

“Kita datang bukan untuk menguasai, tapi mengenali keajaiban dari Allah.”

Dengan penuh sabar dan syukur, Ihsan mulai mencari tempat yang tepat untuk mengibarkan bendera.

(Ihsan menulis di buku jurnal, Tinko menemani dengan ekspresi bahagia, dan bendera tampak disiapkan.)

Saat mereka menuju lembah batu, tiba-tiba badai pasir biru menyergap dari arah timur!

Anginnya kencang sekali hingga hampir menerbangkan perlengkapan mereka.

 “Tinko! Baca doa perlindungan sekarang! Allah pasti bantu kita!” seru Ihsan.

(Badai pasir biru menyapu, Ihsan dan Tinko berlindung sambil menengadah tangan berdoa.)

Badai pun berlalu. Tapi Tinko kehilangan satu rodanya, dan tangan Ihsan sedikit terluka. Meski begitu, Ihsan tetap tersenyum sambil berkata,

 “Kalau kita sabar, pertolongan Allah itu dekat.”

Ia membalut lukanya dan memperbaiki Tinko dengan peralatan seadanya. Langkah mereka jadi lebih pelan, tapi semangatnya makin besar.

Malam pun tiba. Di bawah langit planet yang penuh bintang asing, Ihsan menulis di jurnalnya:

 “Setiap ujian datang bersama pelajaran. Aku belajar sabar, dan ternyata Allah beri kekuatan.”

Lalu ia menutup jurnal, berselimut, dan berdoa sebelum tidur.

(Ihsan tidur sambil memeluk jurnal, Tinko menyala lembut di sampingnya, bintang-bintang bertabur di langit.)


Bagian 2: Misi di Lembah Rahasia

Keesokan harinya, Ihsan dan Tinko melanjutkan perjalanan ke sebuah lembah yang dikelilingi batu berkilau seperti permata. Setiap batu memancarkan warna berbeda jika terkena cahaya matahari. Tapi medan di sana terjal dan berliku. Tinko harus berjalan pelan karena roda cadangannya tidak stabil.

 “Jangan khawatir, Tinko. Kalau kita niat karena Allah dan sabar, Allah pasti bantu,” ucap Ihsan menyemangati.

Mereka beristirahat sejenak di bawah pohon kristal dan makan bekal yang mereka bawa. Ihsan tidak lupa mengucap basmalah dan doa makan.

“Berbagi bekal juga termasuk syukur, kan Tinko?”

Tinko mengangguk, lalu ikut mengulang doa setelah Ihsan.

(Ihsan dan Tinko duduk di bawah pohon kristal, makan bekal sambil tersenyum, dengan suasana damai.)

Tiba-tiba terdengar suara seperti gemuruh. Tanah di dekat mereka retak! Ternyata seekor hewan besar menyerupai dinosaurus namun berwarna emas muncul. Tinko ingin menekan tombol pertahanan, tapi Ihsan berkata,

 “Tunggu... kita datang sebagai tamu. Kita coba sapa dengan tenang.”

Ihsan menunduk hormat, lalu membaca doa agar diberi ketenangan dan dijauhkan dari marabahaya. Ajaibnya, hewan itu hanya menghampiri lalu duduk seperti ingin menemani mereka.

(Ihsan berdiri tenang, hewan raksasa duduk di dekatnya, Tinko terdiam kagum.)

Ihsan mencatat pengalaman langka itu.

 “Kadang rasa takut bisa berubah jadi rasa kagum, kalau kita hadapi dengan doa dan hati yang tenang,” tulisnya.

(Ihsan menulis di jurnal, Tinko duduk sambil melihat makhluk raksasa di kejauhan.)

Bagian 3: Bendera Harapan di Planet Rahmah

Pagi yang cerah pun datang. Ihsan tiba di sebuah bukit tinggi berwarna biru muda. Angin berhembus lembut. Ia menghela napas, memandang sekeliling, dan berkata,

 “Inilah waktunya. Tapi ini bukan soal aku. Ini tentang amanah, doa, dan rasa syukur.”

Ia mencabut tiang bendera dari tasnya. Dengan penuh keyakinan, ia menancapkan bendera biru-putih berlogo bintang dan hati sebagai simbol kasih sayang dan pengharapan.

“Ya Allah, terimalah amal kecil ini. Jadikan tanda syukur kami sebagai cahaya untuk semua,” ucap Ihsan.

(Ihsan menancapkan bendera di atas bukit, matahari bersinar dari belakang, wajahnya berseri.)

Tak lama, makhluk-makhluk planet itu muncul kembali dan bersorak dalam bahasa aneh tapi bersahabat. Ihsan memberi isyarat damai dengan tangan di dada.

“Kami datang bukan untuk mengambil, tapi untuk belajar dan bersyukur,” gumamnya.

(Gambar: Makhluk-makhluk berdiri berbaris, bendera berkibar, Tinko dan Ihsan berdiri bersama memberi salam.)

Saat kembali ke kapsul ruang angkasa, Tinko bertanya,

“Apa kamu senang, Ihsan?”

Ihsan tersenyum lebar,

“Sangat. Tapi bukan karena planet ini. Tapi karena aku belajar sesuatu yang lebih besar.”

Ia menatap bendera kecil di tangannya dan berbisik,

“Pertolongan Allah selalu nyata, asal kita yakin, sabar, dan bersyukur.”

(Gambar: Ihsan duduk di dalam kapsul, melihat bendera mini, Tinko mengangguk bahagia.)


Pesan Moral Sekolah Anak Ajaib

"Allah menolong siapa saja yang yakin, sabar, dan bersyukur. Bahkan di planet asing pun, pertolongan-Nya tetap nyata."





Komentar