Serial Cerpen Anak-anak Ajaib
(Anak yang selalu ditolong Allah)
Beberapa hari setelah perayaan Idul Adha, Rian, Dika, dan Farel berkumpul di rumah Farel untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka selama hari raya. Sambil menikmati kue-kue dan teh hangat, mereka mulai berbincang tentang kegiatan penyembelihan hewan kurban yang mereka ikuti di masjid.
"Aku masih kepikiran tentang sapi yang kita lihat kemarin saat penyembelihan hewan kurban," kata Farel tiba-tiba. "Sapi itu terlihat sedih sekali, bahkan aku melihat air mata di matanya, rupanya menangis dia."
Dika mengangguk setuju. "Iya, aku juga melihat itu. Rasanya sedih banget melihatnya."
Rian, yang duduk di sebelah mereka, mencoba menenangkan. "Ingat nggak, sebelum libur hari raya, Ustadz Mohammad pernah menjelaskan tentang adab menyembelih hewan kurban di kelas? Mungkin ini bisa membantu kita merasa lebih baik."
Dika dan Farel langsung menoleh ke arah Rian, memperhatikan dengan seksama saat Rian mulai mengingat kembali penjelasan Ustadz Mohammad.
"Ustadz Mohammad bilang, yang pertama, kita harus memastikan hewan kurban diperlakukan dengan baik sebelum disembelih. Hewan-hewan itu harus diberikan makan dan minum yang cukup, serta tempat yang nyaman. Mereka tidak boleh melihat hewan lain disembelih karena itu bisa membuat mereka stres dan takut."
Rian melanjutkan, "Selain itu, hewan harus disembelih dengan alat yang tajam supaya prosesnya cepat dan tidak menyakiti hewan lebih dari yang diperlukan. Dan yang paling penting, penyembelih harus membaca doa sebelum menyembelih, mengucapkan 'Bismillah, Allahu Akbar,' sebagai bentuk rasa syukur dan pengabdian kepada Allah."
Dika menambahkan, "Iya, Ustadz Mohammad juga bilang saat melakukan penyembelihan harus tetap tenang dan tidak tergesa-gesa, supaya hewan merasa tenang juga."
Farel mengangguk pelan. "Jadi, meskipun sapi itu terlihat sedih, kita harus yakin bahwa para petugas bapak-bapak itu juga sudah melakukan yang terbaik untuk membuatnya nyaman dan tenang sebelum disembelih. Ini adalah bagian dari ibadah juga, dan melakukannya dengan penuh rasa hormat dan syukur."
Mereka bertiga terdiam sejenak, merenungkan apa yang telah mereka bicarakan. Setelah beberapa saat, Rian berkata, "Aku rasa yang penting adalah niat dan usaha untuk menjalankan adab yang baik. Itu juga sudah merupakan bagian besar dari ibadah kurban itu sendiri."
Dika tersenyum. "Kita sudah belajar banyak dari pengalaman ini. Aku berharap tahun depan bapak-bapak petugas itu bisa melakukannya dengan lebih baik lagi."
Farel menambahkan, "Ya, dan kita bisa terus mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya adab dan akhlak dalam setiap hal yang kita lakukan."
Hari itu, mereka juga mengingat kembali bagaimana mereka membantu setelah penyembelihan. Mereka bekerja sama membungkus daging kurban dan membagikannya kepada warga sekitar.
Mereka bertiga merasa lebih tenang dan puas setelah berbincang tentang pengalaman mereka. Mereka menyadari bahwa setiap langkah kecil dalam menjalankan adab penyembelihan hewan kurban adalah bagian penting dari ibadah yang mereka harus jalani kedepannya kelak, ketika harus melakukannya sendiri.
Hari itu berakhir dengan rasa syukur dan kebersamaan yang semakin erat. Rian, Dika, dan Farel berjanji untuk selalu mengingat pelajaran penting di kelas dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Abu SaRach
Perayaan Idul Adha kali ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka, penuh dengan pelajaran tentang kebersamaan, pengorbanan, dan keikhlasan. Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan hati yang penuh kebahagiaan, siap untuk menjalani hari-hari mendatang dengan semangat baru.
Komentar
Posting Komentar