Cerpen Anak Sekolah : Seri Jurus Keajaiban
Hari Sabtu itu sangat cerah langit di atas rumahnya, begitu juga di atas langit sekolah SD Al-Irsyad Surabaya.
Ali, salah seorang siswa kelas 3 sekolah itu adalah anak yang enerjik, tengah bersemangat untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler futsal yunior bersama teman-temannya.
Ali dengan bersemangat bilang ke uminya, "Umi, hari ini waktunya ekskul futsal di sekolah! Aku sudah boleh ikut, kan?" Pintanya dengan penuh harap. Dengan lembut uminya menjawab, "Maaf nak, tapi kamu belum sehat betul. Lebih baik tidak usah ikut futsal saja dulu."
Ali kecewa, "Tapi mi, saya merasa sudah baik-baik saja, dan sehat. Saya ingin bermain kembali dengan teman-teman." Rengeknya, setelah beberapa hari sebelumnya izin tidak masuk sekolah. Dengan tetap teguh uminya menjawab, "Sayang, kesehatanmu lebih penting. Nanti saja saat sudah sehat betul, ya."
Ali berpikir keras, "Apa aku harus melawan larangan umi? Tapi ustadz Moha selalu mengatakan bahwa meski kita tidak butuh bungkus permen tetap kita harus menerimanya bungkusnya dengan ikhlas, agar manisnya permen bisa didapatkan."Bisik dalam hatinya. Bismillahirrahmanirrahim, ahirnya Ali memutuskan untuk menerima keputusan uminya dengan ikhlas meskipun hatinya masih kecewa.
Sabtu pagi itu di sekolah, Ali berusaha menikmati hari tanpa bermain futsal. Dia bercakap-cakap dengan sesama teman-temannya yang tidak bisa mengikuti ekskul dengan berbagai sebab, ada yang karena memang diizinkan orang tuanya sebagaimana dirinya, atau alasan lainnya.
Ketika waktu ekskul tiba, Ali dipanggil ustadz Moha untuk ikutan latihan Adzan dan Iqamah untuk persiapan lomba yang diadakan oleh KKG guru agama kecamatan Semampir mewakili sekolahnya. Awalnya dia merasa ragu, meski sebenarnya dia juga memang Allah Ta'ala beri kelebihan dalam suara dibanding teman lainnya, suaranya bagus.
Ali dengan semangat mengikuti latihan adzan di jam ekskul futsal, meski sempat terbersit sesekali keinginan segera bergabung ekskul futsal. Dia belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha memberikan yang terbaik.
Saat antri menunggu tampil lomba Adzan Iqamah
Ketika hari lomba adzan dan Iqamah tiba, nama Ali dipanggil untuk tampil dia merasa gugup, namun juga tetap percaya diri akan mendapat pertolongan Allah, dia berdiri di depan mic dan memulai lafadz adzan, kalimat demi kalimat dengan penuh kekhusyukan.
Setelah semua peserta selesai tampil, juri pun mengumumkan hasil penilaiannya dan bahwa Alilah yang menjadi juara pertama dalam lomba adzan dan Iqamah tersebut. Dalam Ali bergumam, "Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah!" Rupanya permen sudah tersingkap bungkusnya.
Umi Ali yang kebetulan turut menjemput ke sekolah begitu terlihat Ali langsung memeluk Ali sambil memberikan ucapan, "Selamat, Nak! Umi sangat bangga padamu. Ini berkah keikhlasan Ali menuruti umi." Ucap umi Ali penuh haru dan bangga.
Ali belajar bahwa menerima sesuatu yang tidak disukai dengan ikhlas adalah bagian dari proses untuk mendapatkan sesuatu yang indah. Meskipun awalnya dia kecewa tidak bisa bermain futsal, namun dengan ikhlas menerima ujian tersebut, demi mentaati uminya, dia meraih kesuksesan dalam lomba adzan dan Iqamah.
Dari hari itu, Ali selalu mengingat pelajaran tentang ilmu magnet rezeki yang diajarkan oleh ustadz Moha, bahwa setiap ujian selalu berakhir indah jika kita menerimanya dengan ikhlas.
Abu SaRach
Komentar
Posting Komentar