*Amal Hati dan Amal Jasad Dalam Mengubah Anak Bermasalah*
HNM Community
*Jawaban*:
*PERTAMA*: _Keadaan anak yang belum berubah setelah dilakukan treatment merupakan takdir yang harus diterima_ , *Ingat bahwa takdir adalah segala keadaan yang berada diluar kekuasaan manusia. Keputusan utk berubah adalah pilihan anak itu dan petunjuk Allah Ta'ala, bukan dibawah kendali anda*.
*KEDUA*: _Menerima atau ridho terhadap takdir merupakan amal hati, disepakati ulama bahwa status hukumnya adalah wajib_, sedangkan *benci, kecewa, jengkel dan emosi negatif lain merupakan perkara yang haram dilakukan saat mushibah*.
Rasulullah Shollallahu 'alaihi wassallam bersabda:
... _Barangsiapa Ridho (dgn mushibah) maka Allah Ridho dan Barangsiapa jengkel (dengan mushibah) maka baginya murkaNya_..
*KETIGA*: _Menerima takdir bukan berarti setuju atau membiarkan anak dengan kelemahan dan karakter buruknya_.
*Menerima takdir itu satu hal sedangkan mengubahnya adalah perkara lain*.
_Menerima takdir dalam rangka memblokir emosi negatif agar tidak mensabotase kejernihan akal dan kebersihan hati dalam berinteraksi dengan anak_
Menerima takdir adalah pondasi ortu dalam upaya untuk mengubah anak. *Karena mengubah anak membutuhkan kejernihan akal dan kebersihan hati*.
Kejernihan akal *untuk menelaah dan merasionalisasi* kelemahan, keterbatasan dan kekurangan serta karakter anak sehingga proporsional melihat dan mensikapi kondisi anak .
Sedangkan kebersihan hati adalah *syarat mendapat pertolongan Allah selama menghadapi anak*.
*KEEMPAT*:
*Secara spiritual*, pembinaan thdap anak tidak mengenal kata final hingga ajal sampai di tengorokan. Ini menguji kebesaran jiwa ortu, apakah sayangnya lebih besar daripada sakit hatinya pada anak. Sbgmana riwayat ttg ibunda alqomah, ahli sholat yang lama durhaka kepada ibunya . Sehingga al-qomah tetap husnul khotimah.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
_“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”_
(Hasan. at-Tirmidzi : 1899)
Kebencian dan kejengkelan orang tua terhadap sikap anak yang tidak sesuai harapan ortu mengundang murka Allah, bahkan doa para sahabat nabi tidak berefek pada Alqomah.
Saat sang ibu memaafkan kesalahan dan meridhoi Alqomah, maka Alqomah akhirnya mampu husnul khotimah.
Tanpa hati yang ridho dan selalu memaafkan anak maka nasehat baik, dan doa siapapun tidak mampu mengubah karakter anak.
Inilah alasan mengapa Ridhonya ortu disebut sbg pondasi perubahan baik anak.
Keridhooan ortu kepada anak dan cukupnya ilmu tentang seluk beluk karakter anak akan melahirkan emosi ortu senantiasa tenang dqn terkendali selama berinteraksi dengan anak.
*Bukankah Allah berjanji menolong orang yang senantiasa terkendali emosinya* (sabar).
_Bila seseorang mampu memaafkan sampai ke hati terhadap sikap dan ucapan anak yang mengundang emosi Bahkan mampu terus mendoakan perubahan baik bagi anaknya_.
*Bukankah Allah berjanji menolong Muhsinin* ( Orang yang mampu berbuat baik kepada orang yang menyakiti dirinya).
Allah Ta’ala berfirman:
"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu *ada yang menjadi musuh bagimu* maka berhati-hatilah kamu (menyikapi) terhadap mereka dan *jika kamu memaafkan dan tidak memarahi(tetap baik kepada mereka) serta mengampuni (mereka)* maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang_.
(QS. Attaghobun: 14)
*KELIMA*:
_Secara kejiwaaan, mengubah anak menjadi baik membutuhkan keteladanan dari profil ortu_ :
a. Lembut dan penyayang
Menanamkan kebaikan dg hati yang sayang dan lembut mengundang rahmat Allah. Hilangnya kekasaran hati dan jiwa yg kaku memudahkan masuknya kebaikan2 ke dalam hati anak karena kebaikan sikap dan nasehat ortu ditangkap sempurna tanpa campur tangan emosi.
b. Pemaaf
Ortu yang suka jengkel dan susah memaafkan sering gagal menanamkan kebaikan kepada anak. Karena sebaik apapun ucapan orang tua dalam mendidik anak tapi keluar dari hati yang jengkel maka kejengkelan yang banyak ditangkap oleh anak bukan nasehat baiknya sehingga anak tetap saja tidak ada perubahan.
Allah ta’ala berfirman:
_"Jadilah engkau pema'af kemudian suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh"_. (Qs.Al-a’rof: 199)
Lihatlah urutan ayat diatas!
Maafkan dulu mereka lalu menyampaikan nasehat kebaikan.
*Maka, selama emosi anda belum reda maka jangan memutuskan bicara dan bersikap kepada orang lain termasuk kepada anak*. Karena kondisi psikis anak jadi negatif lalu akal tersabotase hingga ucapan dan sikap baik anda tidak mampu diserap oleh anak.O
Bahkan, jika mampu , ortu harus memunculkan emosi positif dulu dari dirinya sebelum bicara dan bersikap kepada anak.
Imam Ali bin Abu tholib Rodhiyallahu anhu berkata:
*_Jika kamu ingin memanen kebaikan dari orang lain maka buanglah terlebih dahulu rasa burukmu padanya_* (kitab iidhoh asrori uluumil muqorrobin, habib Muhammad bin Abdullah Alydrus)
Wallahu a'lam
Cataatan penting:
*Selesaikan emosi negatifmu sebelum mengubah orang lain*
Komentar
Posting Komentar