Pentingnya Menyeimbangkan Akademis dan Non Akademis

Abu SaRach
_*SOLUSI PUNYA RUMAH TANPA BANK, ITG BISA JADI SOLUSI*_
PT. INDO TATA GRAHA
Developer Property Syariah Pertama & Terbesar di Jawa Timur
Di tawarkan dengan konsep Full & pure Syariah
_*Tanpa Bank, Tanpa BI Cheking, Tanpa Riba, Lebih Mudah, Lebih Murah, Lebih Berkah*_
Info Lebih Lanjut Silakan Hubungi :
📲 *0821 4383 9915*
Atau klik link ini:
bit.ly/2Mj7HyJ
atau klik link berikut dan isi sesuai data Anda untuk daftar mengikuti acara Costumer Gathering dan mendapatkan promo-promonya...!!!
https://qopi.me/4f61a6

Pentingnya Menyeimbangkan Akademis dan Non Akademis
Rangking nilai di kelas biasanya jadi tolok ukur
segalanya terhadap kemampuan siswa. Setidaknya itu yang saya amati di sekolah
saya. Anak Akademis mungkin lebih tepatnya saya mengistilahkan anak-anak
langganan rangking kelas ini. Mereka seolah menjadi langganan untuk mengikuti
berbagai kegiatan.
Seringkali untuk menentukan seorang anak yang
dipercaya sebagai petugas atau wakil dari semua teman-temannya yang lain dalam
berbagai kegiatan di internal sekolah maupun di luar sekolah. Mulai dari
kegiatan akademis terutama maupun Non Akademis sekalipun. Mulai dari tingkat
yang paling bawah, level paralel di sekolah, kecamatan sampai di level yang
paling tinggi tingkat nasional, pasti mereka anak-anak akademis yang akan
diikutkan.
Sepertinya sudah waktunya kita mencoba untuk
berpikir bagaimana memberdayakan anak-anak Non Akademis yang secara kemampuan
sebenarnya juga bisa dibentuk. Meski proses pembentukannya agak butuh kerja
keras guru pembimbing.
Kegiatan upacara bendera sebagai salah satu contoh
kegiatan yang bisa mengakomodir siswa Non Akademis. Kemudian kegiatan
pertandingan olah raga, perlombaan baca puisi, melukis atau mewarna, dan lain
sebagainya.
Pemikiran ini bertolak pada kejadian hari itu,
tepatnya Selasa-Rabu, 14-15 Agustus 2018. Saat itu adalah saat pelaksanaan
babak penyisihan, semifinal, sekaligus babak final Lomba Cedas Cermat kelas V
dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan ke-73 RI.
Masing-masing kelas V dari VA - VD melakukan babak
penyisihan berupa kegiatan mengerjakan 120 soal dari 6 mapel. Kemudian
masing-masing kelas menentukan 3 siswa dengan nilai tertinggi. Ketiganya
kemudian mengikuti babak semifinal sampai terahir babak final.
Pada babak penyisihan menuju semifinal itulah yang
membuat kita harus berpikir dari kaca mata berbeda. Kelas putra khususnya kelas
VC yang terpilih ternyata bukan anak-anak rangking kelas. Bahkan semua anak
rangking 1-5 tidak ada yang masuk ke babak semifinal.
Malahan yang ahirnya sampai melenggang ke babak
final mewakili semua siswa putra juga anak Non Akademis. Anak yang mungkin
tidak diperhitungkan oleh wali kelasnya akan lolos untuk babak penyisihan saja.
Meskipun ahirnya gugur dan tidak menjadi juara.
Hal ini sudah bisa dijadikan gambaran, kalau untuk
bidang akademis saja mereka tidak selalu memberikan harapan untuk berprestasi
sesuai yang diharapkan. Terlepas dari berbagai alasan yang melatarbelangi
mereka tidak bisa lolos dari awal yaitu babak penyisihan lomba Cerdas Cermat
itu.
Sekitar 2 bulan yang lalu tepatnya Rabu, 18/7/2018
saat berbicara di hadapan 237 kepala sekolah pada Lokakarya Bantuan Pemerintah
Fasilitasi Sarana Kesenian di Satuan Pendidikan Tahap II, di Jakarta, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengingatkan pentingnya
keseimbangan antara pendidikan akademis dan non-akademis.
"Guru hendaknya bukan hanya mengutamakan kemampuan akademis,
seperti membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga kemampuan siswa dalam
kemampuan non-akademis, seperti kemampuan berkeseniannya," demikian
Mendikbud mengingatkan.
Maka tidak ada salahnya anak Non Akademis diberikan
kesempatan untuk sekali waktu merasakan mendapat amanah dalam berbagai
kegiatan yang sebenarnya dia lebih memiliki potensi dalam bidang kegiatan
tersebut, daripada langsung menunjuk anak akademis karena tidak mau mengambil
resiko dengan pembinaan dalam persiapannya.
Ketika proses pembinaan dilakukan terhadap anak non
akademis yang memang berpotensi, maka dalam durasi waktu pembinaan yang sama
akan memperoleh hasil yang lebih baik dibanding anak akademis tanpa
mempertimbangkan potensi atau bakat.
Sehingga ketika kemudian anak non akademis menjadi yang terbaik dalam kegiatan itu maka, maka apresiasi atas prestasinya
menjadi suatu energi yang luar biasa memotivasi bagi dirinya untuk menjadi lebih
baik di masa mendatang. Dia berhak memperoleh
pujian dari teman-temannya,
bahkan gurunya atas prestasi tersebut yang
mungkin selama ini sering dimonopoli oleh anak-anak akademis.
Dan bukan tidak mungkin dari anak-anak Non Akademis
itu kemudian bisa membanggakan sekolah atau keluarganya dalam berbagai kegiatan
yang sebenarnya bisa mereka lakukan.
_*SOLUSI PUNYA RUMAH TANPA BANK, ITG BISA JADI SOLUSI*_
PT. INDO TATA GRAHA
Developer Property Syariah Pertama & Terbesar di Jawa Timur
Di tawarkan dengan konsep Full & pure Syariah
_*Tanpa Bank, Tanpa BI Cheking, Tanpa Riba, Lebih Mudah, Lebih Murah, Lebih Berkah*_
Info Lebih Lanjut Silakan Hubungi :
📲 *0821 4383 9915*
Atau klik link ini:
bit.ly/2Mj7HyJ
atau klik link berikut dan isi sesuai data Anda untuk daftar mengikuti acara Costumer Gathering dan mendapatkan promo-promonya...!!!
https://qopi.me/4f61a6
Komentar
Posting Komentar